Kamis, 24 Desember 2009

GAMBARAN UMUM KLASIS WAGAMO KORDINATOR PANIAI SELATAN YANG MENGUKIR SEJARAH

GAMBARAN UMUM KLASIS WAGAMO KORDINATOR PANIAI SELATAN.


A. KONDISI GEOGRAFIS (ALAM) KLASIS WAGAMO.

Kondisi Geografis (alam) pada umumnya Klasis Wagamo Koordinator Paniai Selatan ialah sebagai berikut :

1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah.

Wilayah Klasis Wagamo Kordinator Paniai Selatan merupakan daerah pegunungan, berbukit-bukit, lereng, gunung-gunung yang menjulang tinggi, dan hamparan dataran rendah yang meluas. Bila diukur dari titik 0 dari permukaan laut, ketinggian kawasan penginjilan Klasis Wagamo mencapai 500 - 3000 km.
Dilihat dari posisi astronomis letak Klasis Wagamo terbentang sebagian besar wilayahnya berada di lintang selatan dengan titik kordinat 40, 90, LS dan 1340 BT – 136 BT, dengan luas wilayah kurang labih 50.217. KM. (Kepala Distrik Kapiraya, hasil wawancara oleh penulis, Wagamo 21 Agustus 2007).
Di dalam Kawasan Pelayanan Klasis Wagamo, kurang lebih 10 Desa. Kesepuluh Desa merupakan wilayah pemerintahan dari antara empat Distrik yang berbeda-beda, yaitu: Distrik Tigi Timur (Damabagata), Distrik Kapiraya, Distrik Bouwobado dan Distrik Kokenau. Satu di antaranya termasuk dalam wilayah Kabupaten Mimika, yakni : Distrik Kokenau; sedangkan tiga Distrik lainnya secara administratif pemerintahan berada di bawah pengawasan Pemerintah Kabupaten Paniai, yakni : Distrik Kapiraya, Distrik Bouwobado dan Distrik Tigi Timur (Damabagata). Batasan Kartografis (pemetaan/pembagian [geografis]) wilaya pelayanan Klasis Wagamo dibatasi oleh :

a. Sebelah Timur Perbatasan dengan Distrik Tigi Timur (Damabagata).
b. Sebelah Barat perbatasan dengan Distrik Tigi Barat dan Kapiraya.
c. Sebelah Utara perbatasan dengan Distrik Tigi (Waghete).
d. Sedangkan sebelah Selatan dengan Distrik Kokenau. (Sumber data diambil dari dokumen Kontor Klasis Wagamo Koordinator Paniai Selatan, tahun 2007).

2. Kondisi Topografi.

Wilayah Pelayanan Klasis Wagamo memiliki topografi berfariasi yaitu beberapa gunung bersalju, seperti : Waiyai, Yoge, Topauto, dsb. Dengan jejeran daerah yang berbukit-bukitan, diikuti kemiringan lereng-lereng yang memanjang, dihiasi dengan hamparan daratan rendah dan lembah. Di setiap Desa memiliki kali kecil dengan debit (volume air yang mengalir) aliran yang cukup tinggi. Kali-kali ini mengalir arah selatan dan seterusnya menujuh ke laut melalui Distrik Kokenau yang termasuk Distrik di wilayah pesisir Pantai.
Kondisi wilayah seperti tergambar di atas didukung dengan iklim tropis basa, dengan tingkat kesuburan tanah yang menjanjikan, maka kondisi Klasis Wagamo sangat cocok untuk pengembangan sentra-sentra ekonomi Pertanian, Peternakan, Perkebunan dsb, yang berskala besar. Klasis ini menghadap ke arah pesisir pantai selatan yang jaraknya hanya mencapai 100 km. Daerah ini bisah menjadi pusat pelabuhan yang mengatur lalu lintas daerah kelautan. Dapat diandalkan sebagai pintu masuk Injil pada tahun 1939 dan akhir-akhir ini menjadi pintu masuk pembangunan Kabupaten Paniai melalui jalur maritim.
B. KONDISI DEMOGRAFI.

1. Jumlah Penduduk.

Penduduk di Klasis Wagamo pada awal 1 Oktober 2002 berjumlah 1.410 jiwa, belum termasuk dengan pendataan populasi di tempat-tempat baru yang disurvei. Akhir Juni 2007 penduduk Klasis Wagamo bertambah dengan jumlah 1.590-an jiwa lebih. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk tahuan 2002 dan jumlah penduduk tahun 2007 rupanya meningkat terus dari tahun ke tahun. Penduduk Klasis Wagamo tersebar pada 10 Desa, yakni : Kokobaya, Daakebo, Komauto, Bouwobado, Nawaripi, Eyagaikigi, Uta, Kopai I, Kopai II, dan Manaware penyebarannya cukup bervariasi. (Sumber data diambil dari dokumen Kontor Klasis Wagamo Koordinator Paniai Selatan, tahun 2007).

2. Jumlah Tenaga Kerja Produktif.

Pada umumnya warga Jemaat di Klasis Wagamo memiliki system mata pecaharian yang bervariasi, seperti: bertani, beternak dan berburu. Dan jumlah tenaga kerja produktif  960 jiwa dengan rincian Pria  530 jiwa dan perempuan  430 jiwa. (Sumber data diambil dari dokumen Kontor Klasis Wagamo Koordinator Paniai Selatan, tahun 2007).

3. Jumlah Tenaga Kerja Non Produktif.

Penduduk Klasis Wagamo dalam perhitungan jumlah tenaga kerja non produktif mencapai  630 jiwa dengan rincian Pria 215 jiwa dan perempuan  415 jiwa. (Sumber data diambil dari dokumen Kontor Klasis Wagamo Koordinator Paniai Selatan, tahun 2007).

C. KONDISI SOSIAL BUDAYA.

1. Latar Belakang Budaya.

Masyarakat Gereja yang menghuni di kawasan Klasis Wagamo Koordinator Paniai Selatan terdiri dari bebepara marga yamekopaa (hubungan bapa) dan apikopaa (hubungan mama), seperti: Kudiai, Edoway, Pinibo, Apoga, Dogopia, Badokapa, Abuya, Pakage, Yine, Koto Yupi, Anouw, Pekey, Adii dan Bobii.
Dalam mengembangkan sayap penginjilan ke daerah-daerah baru, terutama di kawasan pesisir pantai yang dihuni oleh suku Kamoro, tenaga Penginjil bujmi putera memainkan peran penting. Kontak budaya terjadi karena adanya proses akulturasi (proses pencampuran dua kebudayaan atau lebih) yang dimediasi (penengahan/perantaraan) oleh Gereja KINGMI.
Masyarakat dalam pergaulan social dengan sesam suku kerapkali menggunakan bahasa daerah. Sementara dalam lembaga-lembaga pelayanan public masyarakat masih menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi.
Dalam menyelesaikan sengketa tanah, mas kawin, pembunuhan dan perilaku criminal yang bertentangan dengan norma-norma social atau adat, wibawa dan peran kepala suku masih diharapkan dalam menyelesaikan arus konflik yang timbul di tengah masyarakat. Pengadilan adat melalui mekanisme adat masih dipatuhi. Perkara-perkara adat jarang dibawah ke hadapan pihak Gereja karena dipandang bertentangan kaidah-kaidah lembaga Gereja yang memiliki perangkat nilai spiritual (rohani) yang kudus, sehingga tidak layak untuk dicampuradukan.


2. Pendidikan.

Dilihat dari aspek pendidikan, maka Klasis Wagamo telah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang sederhana, sebagaimana statistic Kantor Distrik Tigi Timur dan Klasis Wagamo tidak termasuk dengan yang ada di Klasis Tigi Waghete ialah sebagai berikut :

Tabel 1
PENDIDIKAN TAHUN 2007
No. JenjangPendidikan Jumlah Guru Murid/Siswa
01. TK - - -
02. SD - NEGERI
- SWASTA 1 Buah Sekolah
- 6 Guru
- 221 Murid/Siswa
-
03. SLTP – NEGERI
- SWASTA -
- -
- -
-
Jumlah / Total 1 Buah Sekolah 6 Guru 221 Murid / Siswa

(Sumber data diambil dari Kantor Distrik Tigi Timur, 2007).

3. Religi (Agama).

Penduduk asli Wagamo pada umumnya memeluk agama Kristen Protestan (KINGMI), Kristen Katolik, dan Utoumana kondisi kehidupan masyarakat ini memudahkan masuknya agama lain, di kawasan Klasis Wagamo. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada Klasis Wagamo bahwa membangun persatuan dan kesatuan antara umat beragama dan mempunyai iman yang kokoh dalam keyakinan dan kepercayaan menurut agama yang dianutnya untuk menciptakan nilai-nilai etika dan moral di dalam masyarakat umum. Untuk lebih jelasnya penulis telah buatkan dalam sebuah tabel adalah sebagai berikut :

Table 2
BANYAKNYA PEMELUK AGAMA MENURUT GOLONGAN KAWASAN PELAYANAN KLASIS WAGAMO TAHUN 2007

Daerah Kristen Protestan K. Katolik Utoumana/Utouwegee
KAWASAN KLASIS WAGAMO
Jemaat Jumlah Anggota Jemaat
Gereja Jumlah Umat
Kelompok
Jumlah Anggota

11
1.505
1
81
3
85

(Sumber data diambil dari dokumen Klasis Wagamo Koodinator Paniai Selatan, 2007).

Dilihat kembali tabel pemeluk agama dengan jumlah yang terbanyak dan mayoritas di kawasan Klasis Wagamo adalah Kristen Protestan (KINGMI).

4. Kesehatan.

Penyakit-penyakit yang biasa diderita masyarakat Klasis Wagamo ialah : Tubercolousis (TBC), sakit lambung/mag, sakit dada, sakit perut, kudis, dan mengalami gangguan jiwa (kerasukan/kesurupan roh-roh). Resiko kecelakaan tubuh saat bekerja dan mencari nafkah merupakan hal-hal yang paling sering terjadi, misalnya : patah tulang, terpotong/tertusuk benda-benda tajam.
Deraja/tingkatan kesehatan masyarakat menurun sehubungan dengan pelayanan pengobatan yang diberikan Klinik Pemerintah. Minimnya fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang melayani secara purna waktu. Jenis-jenis pengobatan yang dilakukan pemberian injeksi dan pemberian pil. Stok (barang-barang persediaan) pengobatan yang biasa tersalur ke masyarakat dari Klinik yang dibuka Pemerintah setelah berminggu-minggu adalah : Paracetamol, Penisilin, Amoxilin, Dexa, Oralit, dll. Cairan injeksi diberikan melalui suntikan untuk polio bagi anak-anak di bawah usia lima tahun (balita).
Untuk kategori penyakit karena factor kecelakaan saat kerja : patah tulang di bawah ke Rumah Sakit Waghete.
Pengobatan alternative dan darurat dilakukan dengan menggunakan tanaman-tanaman tradisional, seperti : sayur hitan (digiyoo uguboo), tenegei (rumput), ato (lumut) dan lain-lain. Pengobatan yang paling utama ialah pelayanan doa yang dilakukan oleh keterlibatan pihak Gereja. Iman dan keyakinan atas YESUS sebagai tabib menjadi yang paling utama.
Klasis Wagamo memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang diberikan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat, selanjutnya dapat kami tampilkan dalam tabel adalah sebagai berikut :

Tabel 3
A. FASILITAS KESEHATAN YANG ADA DI KLASIS WAGAMO TAHUN 2007

No. Fasilitas Jumlah
01. Puskesmas -
02. Posyandu dan Bides/Bidan Desa 2 Buah Rumah
Jumlah 2 Buah Rumah

(Sumber data diambil dari Puskesmas Distrik Tigi Timur dan Kapiraya, Tahun 2007).

Tabel 4
B. KEADAAN PARA MEDIS KLASIS WAGAMO TAHUN 2007

No. Medis Jumlah
01. Dokter -
02. Mantri -
03. Bides/Bidan Desa 2 Orang
04. Suster -
Jumlah 2 Orang

(Sumber data diambil dari Puskesmas Distrik Tigi Timur dan Kapiraya, Tahun 2007).

5. Adat Istiadat.

Komposisi masyarakat Wagamo terdiri dari kelompok berdasarkan budaya dan daerah hunian. Kelompok masyarakat Klasis Wagamo yang mendiami dataran pegunungan tengah sebagai pusat Gereja KINGMI. Masyarakat disini pada umumnya masih memegang adat istiadat yang cukup kuat, dalam melakukan serangkaian aktifitas social berupa : berkebun, piara babi, berburu, dan nelayan. masih mematuhi dan menerapkan pengetahuan asli dan hukum-hukum yang berlaku di masyarakat.
Kategori kelompok yang kedua adalah mereka yang terbentuk akhibat perluasan pelayanan Gereja KINGMI oleh tenaga-tenaga bumi putera. Kelompok ini terletak di daerah pesisir Pantai seperti suku Kamoro. Jumlah mereka tidak begitu banyak. Jangkauan pelayanan kepada suku-suku di kawasan ini masih terhambat. Sebab utamanya tidak adanya tenaga pelayan yang mau melayani secara purna waktu. Kelompok masyarakat di Pantai Selatan hidup dari sogok sagu, berburu dan nelayan.
Masyarakat di Klasis Wagamo ini masih menganut kepemipinan informal atau kepala suku, sehingga dengan demikian masyarakat pada kawasan ini figur kepala seorang kepala suku. Mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

6. Sistem Mata Pencaharian.

Dengan ditunjang oleh kondisi alam yang cocok bagi pengembangan tanah pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan maka penduduk Klasis Wagamo sebagian besar sebagai petani, peternak, berburu dan nelayan tradisional khususnya bagi penduduk asli Klasis Wagamo. Dan hanya sebagian kecil yang bergerak dalam sector informal atau (pedagang swasta), dan pegawai negeri yang ada umumnya pendapatan dari luar Klasis Wagamo, sehingga masyarakat asli susa bersaing mengingat keterampilan dan modal kerja belum pernah dimiliki secara maksimal.

D. PEMERINTAH DAN POLITIK.

1. Pemerintahan.

Di dalam buku Undang-Undang Otonomi Khusus tahun 2001 menjelaskan, “Propinsi Papua adalah Propinsi yang diberikan Otonomi Khusus, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua. Di dalamnya memiliki keragaman suku dan lebih dari 250 (dua ratus lima puluh) bahasa daerah serta dihuni oleh suku-suku lain. Wilayah Propinsi pada saat ini terdiri atas 12 (dua belas) Kabupaten dan Dua Kota”, (Sekretaris Daerah Provinsi Papua, UU Otsus, 2001:49). Agus Sumule menjelaskan di dalam bukunya “Satu setengah tahun Otsus Papua, Refleksi dan Prospek”, ialah sebagai berikut :

“Pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden Megawati Soekarno Putri mengeluakan Instruksi Nomor 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tantang pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong. Intruksi Presisen (Inpres) ini langsung memicu reaksi, baik Papua maupun di tingkat Nasional. Ada yang menerimanya dengan sukacita, tetapi tidak sedikit yang menolaknya”. (Sumule, 2003:48).

Otonomi Khusus, Pemekaran Provinsi dan Kabupaten/kota di tanah Papua, kedua hal ini sebagai wadah untuk membangun orang-orang asli Papua dalam segala aspek kehidupan manusia Papua, tetapi pada kenyataanya gagal. Sangat sesuai dengan apa yang dimuat dalam Buku Undang-Undang Otonomi Khusus Provinsi Papua antara lain:

“Namun kenyataannya berbagai kebijakan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik belum sepenuhnya memiliki rasa keadilan, belum sepenuhnya memungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, belum sepenuhnya mendukung terwujudnya menegakkan hukum, dan belum sepenuhnya penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) di Provinsi Papua, khususnya masyarakat Papua. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya kesenjangan pada hampir semua sector kehidupan, terutama dalam bidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Budaya dan Sosial Politik”, (Sekretaris Daerah Provinsi Papua, UU Otsus, 2001:50).

Otonomi Khusus, pemekaran Provinsi dan Kabupaten/Kota bagi Provisi Papua ini sisi lain (bagi mereka yang tidak merasakan penderitaan orang Papua tetapi hidup di dalam kepuasan dan pejabat Papua) adalah solusi untuk menjawab persoalan-persoalan yang di hadapi oleh Orang-orang asli Papua. Tetapi bagi rakyat kecil yang tertindas dan tersiksa, hal itu adalah bom yang menghancurkan orang-orang asli Papua bahkan itu adalah pupuk Genosida di Papua. Otonomi khusus dan pemekaran Provinsi atau Kabupaten/Kota di Papua yang sedang berlangsung ini bukan solusi menyelesaikan masalah krisis Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Budaya, dan Sosial Politik yang di hadapi Masyarakat akhir-akhir ini.
Di dalam kesibukan dan gelombang Otonomi khusus melalui Intruksi Presiden Megawati Soekarno Putri Nomor 1 tanggal 27 Januari tahun 2003, lahirlah Kabupaten Paniai. Kabupaten Paniai dibagi menjadi 17 Distrik dan 342 Desa termasuk Distrik Kapiraya dan Distrik Bouwobado kawasan pelayanan Klasis Wagamo, di dalamnya bebepara Desa diantaranya Desa Kokobaya, Desa Daakebo, Desa Eyagaikigi, Desa Bouwo, Desa Manaware, Desa Paripi dan lain sebagainya. Beberapa Desa di Pantai Selatan wilayah pelayanan Klasis Wagamo termasuk Kabupaten Mimika.
Sejak tanggal 27 bulan Januari tahun 2003 dan Berdasarkan Surat Keputusan (SK) oleh Presiden Megawati Soekarno Putri, Distrik Kapiraya dan Distrik Tigi Timur didirikan. Bagi Pemerintah bahwa untuk menjawab kebutuhan yang dihadapi di dalam masyarakat dan untuk memudahkan pembangunan di dalam segala sector kehidupan manusia seperti : Sektor Pendidikan, Sektor Kesehatana, Sektor Ekonomi, Sektor Budaya dan Sosial Politik. Tetapi gagal, ketika Pemerintah tidak menjalankan pembangunan di dalam segala sector kehidupan manusia.

2. Politik.

Masyarakat kawasan Distrik Kapiraya selama ini belum disiapkan sehingga DPRD Kabupaten Paniai dan keanggotaan DPRP Provinsi, asal kawasan Klasis Wagamo belum muncul, karena pendidikan Politik belum disiapkan kader beberapa decade yang lalu akhirnya menjadi penontong yang setia di di panggung politik.
Selama resim Soeharto Partai Golongan Karya (Golkar) yang berkuasa di sana, tetapi syukurlah angin reformasi tahun 1998/1999 ada kursi bagi pemuda-pemuda yang selama resin Soeharto menjadi penontong diberi kesempatan menjadi pemain dalam berbagai Partai, sehingga asal dari Klasis Wagamo juga baru satu orang masuk di kursi legislative seperti Alpius Pinibo (Edoway) dari Partai Golongan Karya (Golkar) di Kabupaten Timika. Biarlah Bapak Alpius Pinibo (Edoway) sebagai pembuka pintu bagi anak-anak mudah yang berasal dari Klasis Wagamo untuk menduduki Kursi legislative.



By. PEKEIBO SENIOR